Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengancam akan keluar dari
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Duterte mengajak China dan negara lain
untuk membentuk organisasi baru.
Ancaman tersebut dilontarkan Duterte, menyusul desakan PBB agar Filipina menghentikan pembunuhan terhadap bandar-bandar narkoba.
Sejak Duterte menjabat presiden, ratusan orang yang diduga penyelundup, dan pengedar narkoba dibunuh tanpa melalui proses pengadilan. Tindakan pembunuhan, merupakan bagian dari kebijakan Duterte dalam perang terhadap narkoba.
Tindakan Duterte menuai kecaman dari para pembela hak asasi manusia. Bahkan, Sekjen PBB Ban Ki-moon mengecam Presiden yang dikenal dengan nama Digong itu. Kata Ban, Filipina telah melakukan tindakan ilegal dan pelanggaran hak-hak dasar dan kebebasan.
Menyikapi kritikan PBB, Duterte balik menantang. Dia mengundang para pengamat PBB datang ke Filipina. "Saya akan membuktikan ke dunia. Kalian jangan sekadar menghitung jumlah tersangka gembong narkoba yang tewas, tetapi hitung juga nyawa tak bersalah yang mati karena obat terlarang," ujar Duterte, Minggu (21/08/2016).
Duterte terang-terangan menentang PBB. "Saya tak ingin membuat Anda kesal. Akan tetapi, kami mungkin akan memutuskan keluar dari PBB," tambahnya.
"Mengapa kita harus mendengar pendapat para pengamat ini?" imbuh Duterte.
Tak hanya itu, Duterte mengkritik PBB karena tak mampu mengatasi bencana kelaparan dan terorisme, serta perang di Suriah dan Irak.
"Anda tahu, PBB, jika kalian menyebut satu hal buruk tentang saya, maka saya dapat menyatakan 10 hal serupa (tentang PBB). Organisasi itu tak berguna karena jika kalian berpegang teguh pada mandat, maka PBB mestinya mampu menghentikan seluruh perang dan aksi pembunuhan".
Saat ditanya mengenai resiko tentang pernyataannya, dia berkata, "Saya tak peduli."
Ancaman tersebut dilontarkan Duterte, menyusul desakan PBB agar Filipina menghentikan pembunuhan terhadap bandar-bandar narkoba.
Sejak Duterte menjabat presiden, ratusan orang yang diduga penyelundup, dan pengedar narkoba dibunuh tanpa melalui proses pengadilan. Tindakan pembunuhan, merupakan bagian dari kebijakan Duterte dalam perang terhadap narkoba.
Tindakan Duterte menuai kecaman dari para pembela hak asasi manusia. Bahkan, Sekjen PBB Ban Ki-moon mengecam Presiden yang dikenal dengan nama Digong itu. Kata Ban, Filipina telah melakukan tindakan ilegal dan pelanggaran hak-hak dasar dan kebebasan.
Menyikapi kritikan PBB, Duterte balik menantang. Dia mengundang para pengamat PBB datang ke Filipina. "Saya akan membuktikan ke dunia. Kalian jangan sekadar menghitung jumlah tersangka gembong narkoba yang tewas, tetapi hitung juga nyawa tak bersalah yang mati karena obat terlarang," ujar Duterte, Minggu (21/08/2016).
Duterte terang-terangan menentang PBB. "Saya tak ingin membuat Anda kesal. Akan tetapi, kami mungkin akan memutuskan keluar dari PBB," tambahnya.
"Mengapa kita harus mendengar pendapat para pengamat ini?" imbuh Duterte.
Tak hanya itu, Duterte mengkritik PBB karena tak mampu mengatasi bencana kelaparan dan terorisme, serta perang di Suriah dan Irak.
"Anda tahu, PBB, jika kalian menyebut satu hal buruk tentang saya, maka saya dapat menyatakan 10 hal serupa (tentang PBB). Organisasi itu tak berguna karena jika kalian berpegang teguh pada mandat, maka PBB mestinya mampu menghentikan seluruh perang dan aksi pembunuhan".
Saat ditanya mengenai resiko tentang pernyataannya, dia berkata, "Saya tak peduli."
Belum ada tanggapan untuk "Presiden Filipina Ancam Keluar dari PBB"
Post a Comment
Silahkan Isi Komentar, Tanggapan, Kritik atau Saran dari Anda untuk Para Pembaca Sekalian. Hindari Komentar yang Mengarah kepada Konflik SARA. Terima Kasih atas Partisipasi yang Anda Berikan kepada Kami.